DILI, KOMPAS.com - Calon presiden dari Partai Fretilin Francisco "Lu Olo" Guterres dan mantan panglima angkatan bersenjata Taur Matan Ruak tampaknya akan maju ke putaran kedua pemilihan presiden yang diikuti 12 kandidat presiden, menurut hasil-hasil tidak resmi.
Siaran langsung penghitungan oleh komisi pemilihan di radio dan stasiun televisi pemerintah menunjukkan Lu Olo meraih 123.751 suara atau 28. 38 persen dari 436.115 suara yang diberikan, sedangkan Matan Ruak memperoleh 25. 07 persen dengan 109,338 suara, dibanding Presiden yang sedang menjabat Jose Ramos-Horta yang hanya mencapai dukungan 17,98 persen atau 78.423 suara.
Kedua kandidat terkuat, Lu-Olo dan Matan Ruak dapat melanjutkan ke putaran kedua pemilihan yang diperkirakan akan diselenggarakan pada 16 April. Ketua Partai Demokrat, Fernando Lasama de Araujo, muncul di urutan keempat, dengan hanya mengamankan 17,76 persen dari total suara.
Berdasarkan hukum Timor-Leste, seorang calon harus mengamankan lebih dari 50 persen suara untuk memenangkan pemilihan. Suara sedang dihitung secara manual dan hasil resmi akan diumumkan pada Kamis, para pejabat pemilihan.
Ermenegildo Lopes ketua Blok Proklamador proaliansi yang memiliki lima kursi dari 65 orang anggota di parlemen, mengatakan ia meragukan para kandidat akan meraih suara yang cukup diperlukan untuk menghindari putaran kedua pemungutan suara.
"Wakil-wakil kami di distrik-distrik mengisyaratkan bahwa suara itu pecah. Dengan 12 kandidat yang ikut bertarung sangat sulit bagi salah seorang dari mereka memperoleh lebih dari 50 persen suara mayoritas yang menurut konstitusi diperlukan sebagai pemenang mutlak," katanya kepada AFP.
Pada pemilihan tahun 2007 Ramos-Horta, penerima Hadiah Nobel Perdamaian, mengalahkan Guterres.
Pemilihan presiden itu adalah yang pertama dalam serangkaian peristiwa-peristiwa penting di negara yang tidak stabil dan miskin itu.
Pada Mei, Timor Leste akan merayakan 10 tahun kemerdekaannya, yang diproklamasikan setelah tiga tahun berada dalam pemerintahan PBB. Kemudian pada Juni, para pemilih akan memilih satu pemerintah baru dalam satu pemilu.
Pada akhir tahun ini negara yang berpenduduk 1,1 juta jiwa itu akan ditinggalkan pasukan PBB yang digelar di negara itu sejak tahun 1999.
Sumber :
Ant, Xinhua, Oana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar