Ilmu geologi, seperti juga ilmu biologi, meteorologi dan astronomi merupakan bagian dari pengetahuan alam yang mempelajari sesuatu tentang benda – benda yang terdapat dalam alam raya. Upaya untuk mengetahui tentang benda – benda ini adalah dengan pertolongan pancaindera kita. Upaya lain tidaklah mungkin, sehingga apa yang kita ketahui tentang sesuatu benda, sebenarnya adalah kesan yang didapat oleh pancaindera kita. Masalah atau pertanyaan apakah sebenarnya benda itu, apakah ia sama dengan apa yang kita lihat, atau apakah ia juga berada di luar pengamatan kita, bukanlah termasuk bagian dari pengetahuan alam, akan tetapi bagian dari ilmu filsafat. Filsafat dan pengetahuan alam mulai berkembang, pada waktu itu manusia pertama – tama mulai merubah pikirannya dari nenek moyangnya yang masih liar.
Dengan segera manusia mengetahui bahwa hidupnya di dunia ini sewaktu – waktu diancam oleh bencana alam, seperti gempa bumi, ledakan gunung api, topan dan sebagainya, dan untuk meringankan akibat – akibat dari proses – proses alam ini, ia harus mencoba mengisi kekurangan – kekurangan pengertiannya terhadap alam. Bencana – bencana itu menimbulkan ketakutan pada manusia dan reaksinya yang pertama – tama ialah memproyeksikan motif – motif serta sifat – sifat manusia itu ke dalam benda – benda tak hidup. Itulah sebabnya mengapa dunia manusia primitif itu penuh dengan mitos setan – setan, jin dan lain makhluk gaib.
Misal peristiwa gempa bumi sering dihubungkan dengan kepercayaan dan tahyul yang bukan – bukan. Personifikasi dari gempa bumi terkenal dimana – mana. Bangsa Yunani purba sering menyalahkan Dewa Atlas yang memikul bumi ini di atas bahunya yang menyebabkan sering timbulnya gempa bumi.
Kini kita mengetahui bahwa gempa bumi adalah salah satu gejala geologi, yang terjadi karena pelepasan energi yang terkumpul di dalam bumi. Manusia sekarang tidak lagi mencoba menerangkan suatu kejadian dengan pertolongan kepercayaan atau hipotesis yang samar – samar, akan tetapi pengetahuan alam itu mempunyai satu tujuan ialah mencari dalil – dalil serta syarat – syarat yang dapat menerangkan jalannya proses – proses alam. Pengetahuan alam mempunyai mempunyai tugas utama ialah menggambarkan atau melukiskan sesuatu ; pengetahuan itu deskriptif bahkan detirministik, berlainan dengan pengetahuan yang normatif yang membahas dan mempelajari soal – soal etika, moral, sosial dan lain – lain. Pada umumnya penyelidikan dalam pengetahuan alam berlaku sebagai berikut : Suatu gejala dengan seksama sekali kita ikuti, sambil mengumpulkan ketentuan – ketentuan elementer dari peristiwa – peristiwa ini. Kemudian dengan jalan induksi kita coba menetapkan suatu hubungan fungsional mengenai gejala – gejala yang kita amati tadi.
Dengan demikian sampailah kita pada suatu hipotesis. Dengan pertolongan hipotesis ini kita dapat menarik kesimpulan – kesimpulan dan benar tidaknya dapat nanti kita periksa dengan pertolongan percobaan – percobaan serta eksperimen – eksperimen dalam laboratorium. Jika hipotesis ini terbukti dapat menerangkan rentetan dari kejadian tadi, dapat pula menetapkan hubungan yang satu dengan dengan yang lain, maka hipotesis tadi menjadi satu teori.
Jalan penyelidikan sebagaimana yang diterangkan di atas memang dengan baik dapat dipergunakan dalam ilmu fisika atau kimia oleh karena kebenaran dalil – dalil yang kita buat, dapat diselidiki dalam laboratorium. Dalam ilmu geologi cara kerja yang demikian tidak selamanya dapat digunakan. Tak semua gejala geologi dapat kita lakukan prosesnya dalam laboratorium. Proses – proses geologi berlaku dalam laboratorium universal, ialah alam sendiri. Misal proses pembentukan minyak bumi. Meskipun proses – proses fisik kimiawi sedikitnya dapat ditiru dalam laboratorium, namun hal ini jauh dari sempurna, oleh karena proses waktu geologi yang telah berjuta tahun berjalan dan memainkan peranan penting dalam pembentukan minyak bumi, faktor yang sangat penting dalam ilmu geologi tidak dapat kita tiru dalam laboratorium. Pengetahuan geologi bukanlah pengetahuan yang semata – mata eksak seperti ilmu fisika dan kimia.
Sejarah telah mengajarkan kepada kita bahwa perkembangan suatu bangsa, kemajuan budayanya sebagian besar tergantung dari kekayaan buminya disamping kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Lapisan – lapisan batuan yang ada dalam bumi mengandung bahan – bahan yang berguna untuk kehidupan manusia seperti : minyak dan gas bumi, batubara, emas, besi, tembaga dan sebagainya. Batuan itu pun sangat dibutuhkan dalam industri. Dalam lapisan batuan mengalir air tanah bahan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari – hari. Fungsi lapisan batuan yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai pondasi bangunan, jembatan, waduk, jalan dan fasilitas lain yang sangat dibutuhkan oleh manusia.
Pengetahuan yang mempelajari segalanya tentang bumi disebut geologi (ge = bumi dan logos= pengetahuan). Untuk jelasnya Geologi adalah ilmu pengetahuan tentang sejarah bumi dan mahkluk yang pernah hidup, lapisan bumi, zat serta bentuk arsitektur dalam bumi. Geologi sebagai pengetahuan alam mempelajari segala gejala yang terdapat di atas permukaan bumi dan di dalam bumi.
MEMAHAMI PROFESI GEOLOGI
Masyarakat menganggap profesi geologi sama dengan profesi tambang padahal kedua profesi itu sangatlah berbeda walau saling keterkaitan satu sama lain. Biasnya presepsi tentang profesi geologi - ilmu geologi perlu diluruskan karena hal ini akan dapat menimbulkan kesalahpahaman dan salah presepsi di masyarakat tentang batas kewenangan profesi geologi dan profesi lainnya. Misalnya siapakah yang berwenang dalam menginventaris sumber daya alam, penataan ruang daerah dan menghitung pendapatan asli daerah.
Dalam industri pertambangan, seseorang yang berprofesi sebagai ahli geologi adalah yang bertugas untuk mencari, menghitung nilai ekonomis cadangan bahan – bahan galian atas dasar data – data geologi yang dikumpulkannya baik data permukaan bumi maupun bawah permukaan bumi. Data – data geologi ini adalah data dasar yang sangat penting selain untuk mencari dan menghitung cadangan, juga sangat penting dalam perencanaan tambang itu sendiri.
Setelah bahan galian ditemukan dan bernilai ekonomis, barulah bahan galian itu dibongkar, dimuat dan diangkut. Inilah profesi tambang – ilmu tambang yang sebenarnya. Jadi jelaslah bahwa profesi geologi adalah tenaga eksplorasi sedangkan profesi tambang – ilmu tambang sebagai tenaga eksploitasi.
Suatu data geologi berisi data – data penting dan dapat diterjemahkan ke dalam informasi yang dapat digunakan langsung untuk memecahkan persoalan eksplorasi bahan galian, persoalan lingkungan maupun persoalan keteknisan lainnya. Keadaan geologilah yang menentukan tingkat kesuburan tanah untuk pertanian, banyaknya air yang bisa tersedia bagi kehidupan sehari – hari, banyaknya minyak bumi, batubara dan energi lainnya, banyaknya bahan galian / mineral untuk industri, bahan bangunan untuk konstruksi dan juga ada tidaknya letusan gunung api, gerakan tanah, longsor dan bencana alam lainnya yang mengancam keselamatan manusia
Banyak masyarakat awam dan kaum birokrat beranggapan bahwa eksplorasi geologi dilakukan cukup satu kali saja dan dapat diinventarisir potensi wilayah (tingkat kesuburan tanah, cadangan air, minyak bumi, batubara dan energi lainnya, bahan galian / mineral, bahan bangunan dan ada tidaknya letusan gunung api, gerakan tanah, longsor dan bencana alam lainnnya). Eksplorasi jangan hanya diartikan sebagai usaha inventarisir data geologi semata, sebab tidaklah mungkin survai di suatu daerah dapat mengetahui segala sesuatu secara pasti.
Usaha eksplorasi geologi harus dianggap sebagai suatu bagian integral daripada suatu upaya pengembangan dan perencanaan wilayah, yaitu setidak – tidaknya menjaga potensi wilayah dan meminimalisir bencana geologi yang muncul. Dengan dasar falsafah ini yang sesuai dengan konsepsi bahwa usaha eksplorasi geologi ini bukan hanya merupakan suatu survai atau inventarisasi potensi geologi suatu daerah, tetapi lebih merupakan optimasi potensi geologi wilayah itu sendiri, dengan menguji diri kita untuk berpikir bagaimana menemukan potensi – potensi wilayah yang baru.
Hasil suatu eksplorasi geologi akan memberikan data – data yang berharga, dan jelas harus dipelajari serta ditambahkan pada data yang telah ada untuk mengadakan reevaluasi. Informasi geologi baru perlu dibuat, dan pengertian yang lebih baik didapatkan untuk mereevaluasi daerah secara lebih mendalam tentang potensi geologi yang ada. Dengan demikian dapat menarik minat orang kembali dan suatu rencana eksplorasi geologi dengan penyelidikan geologi yang lebih mendetail.
Dengan demikian diharapkan eksplorasi geologi menjadi “rutin” dalam inventarisasi potensi geologi dalam suatu wilayah agar tetap “up to date” terhadap peningkatan ekonomi masyarakat.
Hasil studi dan riset dapat diintegrasikan menjadi suatu area study. Dengan demikian hasil suatu usaha eksplorasi geologi selain menghasilkan informasi geologi yang lengkap bagi perkembangan ekonomi masyarakat, juga menghasilkan sumbangan besar terhadap ilmu pengetahuan geologi.
Memang hingga saat ini peran geologi masih lebih dirasakan dalam hal pencarian (eksplorasi) bahan galian ekonomis. Peran konsultansi geologi belum dirasakan langsung oleh masyarakat dalam bentuk peningkatan taraf hidup yang instant, karena ada rangkaian proses eksplorasi dan eksploitasi yang panjang yang menunggu setelah inventarisasi sehingga mengakibatkan geologi tidak populer dimata masyarakat. Berbeda dengan peran konsultansi kedokteran, ketekniksipilan, arsitektur yang dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.
APLIKASI GEOLOGI DALAM PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH
Penerapan geologi erat hubungannya dengan penataan dan pengembangan wilayah. Pola cakupan berbagai aspek yang saling terkait satu dengan lainnya baik secara fisik, ekonomi maupun sosial membutuhkan penanganan yang terpadu. Oleh karena perkembangan wilayah mencakup penataan lingkungan tersebut yang baik dilakukan adalah membangun tanpa merusak (development without destruction). Disini tinjauan secara geologi muncul sebagai tulang punggung dalam menangani masalah tata lingkungan. Seperti penentuan tata letak pemukiman yang memenuhi syarat, melihat kondisi tanah, air dan keseimbangan lingkungannya. Sehingga suatu bencana dapat sedini mungkin dihindari. Suatu hal yang tidak mungkin jika suatu pemukiman penduduk dibangun di suatu daerah yang kegempaannya aktif atau rawan banjir atau tanah longsor.
Geologi dari dulu hingga sekarang bahkan dimasa yang akan datang besar peranannya dalam memelihara dan meningkatkan tata kehidupan manusia. Sebab dengan pengetahuan geologi kita bisa menemukan sumber daya alam yang tak ternilai harganya. Seperti bijih besi, batubara, minyak bumi dan lain sebagainya. Disamping itu dengan pengetahuan geologi, kita dapat sedini mungkin mendeteksi akan adanya ancaman bahaya yang ditimbulkan oleh alam. Seperti halnya letusan gunung api, gejala tanah longsor, banjir dan lain sebagainya.
Adalah merupakan keinginan manusia untuk dapat mempertahankan hidup dan kesejahteraan, untuk menjadi lebih baik dan sempurna. Dorongan inilah yang menjadikan masalah manusia semakin besar seiring dengan perkembangan jaman.
Pengembangan wilayah baik pemukiman, persawahan, perindustrian, pengadaan air bersih sebagai sumber utama kehidupan sampai pada pencaharian dan pengolahan sumber daya alam semua memerlukan kehadiran pengetahuan geologi.
Wilayah Pemukiman
Di dunia ini, lebih – lebih di Indonesia, masalah pemukiman merupakan kasus besar yang menyangkut jutaan jiwa manusia. Bagaimana dan dimana dapat diperoleh tempat yang layak, sehat dan bebas dari bencana, di suatu daerah yang akan direncanakan untuk dibangun suatu pemukiman. Geologi disini memainkan peranan dalam masalah pengarahan tata letak yang baik, pengadaan bahan bangunan serta pengadaan kebutuhan lain yang menunjang. Sekaligus juga turut menentukan mutu lingkungan hidup dimana salah satunya adalah kesehatan lingkungan. Sebab ternyata ada kondisi atau faktor – faktor geologi tertentu yang langsung maupun tidak langsung mengendalikan dan berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Contoh klasik hubungan keadaan geologi dengan kekurangan kadar unsur yodium pada air tanah di suatu daerah, yang dapat menimbulkan penyakit gondok. Seperti di daerah Gunung Kidul Yogyakarta.
Bidang Pertanian
Pengembangan wilayah pertanian atau lahan pertanian berhubungan dengan peningkatan produksi. Hal ini memerlukan penentukan lokasi, sarana penunjang seperti bendungan, jenis tanaman dan tanahnya secara seksama. Aspek geologi muncul sebagai pemberi informasi yang akurat. Sebab tanah merupakan hasil pelapukan batuan, sehingga jenis batuan menentukan kondisi dan sifat tanah. Sektor pertanian seperti kehutanan, juga memerlukan data informasi geologi bagi pengadaan hutan atau pelestarian hutan.
Pengadaan Air Tanah
Air sebagai kebutuhan hidup yang pokok, selalu menjadi problem dalam kehudupan. Lebih – lebih bagi daerah yang gersang. Penelitian geologi untuk pengadaan air tanah ternyata membawa hasil yang gemilang. Dari lapisan batuan yang beragam di bawah permukaan tanah ternyata terkandung air tanah dengan volume yang besar sehingga tinggal bagaimana menentukan lapisan batuan yang banyak mengandung air. Bahkan batugamping yang dipermukaan tampak kering kerontang, ternyata di dalamnya terkandung potensi air yang besar. Banyaknya rekahan ditambah adanya proses kimiawi memungkinkan curah hujan yang meresap / masuk terakumulasi membentuk sungai di bawah permukaan tanah.
Bangunan Sipil
Pembangunan suatu bangunan teknik baik bendungan, jalan raya, landasan pewat terbang, terowongan sampai gedung bertingkat tidak lepas dari penelitian geologi pada awalnya. Sebab semua ini menyangkut pengetahuan tentang batuan dasar, sifat dan kestabilannya, pengaruh struktur ataupun masalah yang mendasar lainnya. Terowongan Simplon di Alpina – Eropa, terowongan yang menghubungkan Inggris dan Prancis dan terowongan – terowongan bawah laut yang menghubungkan antar pulau di Jepang adalah contoh bangunan teknik yang dibangun dengan dasar pengetahuan geologi yang akurat serta teknologi yang canggih. Bukan tidak mungkin Indonesia dapat mengikuti bila geologi dihargai dan ditempatka pada proporsi yang wajar.
Sumber Kekayaan Alam
Tidak perlu diragukan lagi bahwa sumber kekayaan alam sebagian besar tersimpan di perut bumi. Segala jenis bahan galian yang bernilai ekonomis menuntut manusia untuk memanfaatkan dengan sebaik – baiknya. Bahkan dewasa ini timbulnya krisis energi semakin membuat upaya bertambah. Prospek batubara kian ditingkatkan sebagai sumber energi penunjang. Eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi bukan haya di darat saja tetapi juga di daerah lepas pantai. Belum lagi bahan tambang; emas, timah, tembaga dan lain – lain, yang sangat penting bagi devisa negara. Ini semua memerlukan pengetahuan geologi yang memadai. Dengan demikian jelaslah bahwa semakin baik persepsi geologi dalam penerapannya, semakin terbukalah kekayaan yang terkandung di perut bumi.
Ada benarnya jika suatu pameo mengatakan bahwa semakin baik dan lengkap penggambaran peta sumber – sumber kekayaan alam, semakin terangkatlah derajat suatu bangsa. Ini semua jelas merupakan tantangan dan menunggu kehadiran para ahli geologi untuk berperan aktif dalam pembangunan bangsa.
Adalah sangat ironis propinsi Kalimantan Timur yang sangat luas, penghasil minyak dan gas nomor dua, penghasil emas, dan salah satu penghasil batubara terbesar di Indonesia, serta pusat riset geologi delta tapi tidak mempunyai institusi pendidikan yang mempunyai jurusan geologi. Oleh karena itulah perlu dijadikan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan di daerah ini untuk dapat membentuk suatu institusi pendidikan berbasis ilmu geologi atau paling tidak yang berkaitan dengan ilmu kebumian secara langsung.
Dengan segera manusia mengetahui bahwa hidupnya di dunia ini sewaktu – waktu diancam oleh bencana alam, seperti gempa bumi, ledakan gunung api, topan dan sebagainya, dan untuk meringankan akibat – akibat dari proses – proses alam ini, ia harus mencoba mengisi kekurangan – kekurangan pengertiannya terhadap alam. Bencana – bencana itu menimbulkan ketakutan pada manusia dan reaksinya yang pertama – tama ialah memproyeksikan motif – motif serta sifat – sifat manusia itu ke dalam benda – benda tak hidup. Itulah sebabnya mengapa dunia manusia primitif itu penuh dengan mitos setan – setan, jin dan lain makhluk gaib.
Misal peristiwa gempa bumi sering dihubungkan dengan kepercayaan dan tahyul yang bukan – bukan. Personifikasi dari gempa bumi terkenal dimana – mana. Bangsa Yunani purba sering menyalahkan Dewa Atlas yang memikul bumi ini di atas bahunya yang menyebabkan sering timbulnya gempa bumi.
Kini kita mengetahui bahwa gempa bumi adalah salah satu gejala geologi, yang terjadi karena pelepasan energi yang terkumpul di dalam bumi. Manusia sekarang tidak lagi mencoba menerangkan suatu kejadian dengan pertolongan kepercayaan atau hipotesis yang samar – samar, akan tetapi pengetahuan alam itu mempunyai satu tujuan ialah mencari dalil – dalil serta syarat – syarat yang dapat menerangkan jalannya proses – proses alam. Pengetahuan alam mempunyai mempunyai tugas utama ialah menggambarkan atau melukiskan sesuatu ; pengetahuan itu deskriptif bahkan detirministik, berlainan dengan pengetahuan yang normatif yang membahas dan mempelajari soal – soal etika, moral, sosial dan lain – lain. Pada umumnya penyelidikan dalam pengetahuan alam berlaku sebagai berikut : Suatu gejala dengan seksama sekali kita ikuti, sambil mengumpulkan ketentuan – ketentuan elementer dari peristiwa – peristiwa ini. Kemudian dengan jalan induksi kita coba menetapkan suatu hubungan fungsional mengenai gejala – gejala yang kita amati tadi.
Dengan demikian sampailah kita pada suatu hipotesis. Dengan pertolongan hipotesis ini kita dapat menarik kesimpulan – kesimpulan dan benar tidaknya dapat nanti kita periksa dengan pertolongan percobaan – percobaan serta eksperimen – eksperimen dalam laboratorium. Jika hipotesis ini terbukti dapat menerangkan rentetan dari kejadian tadi, dapat pula menetapkan hubungan yang satu dengan dengan yang lain, maka hipotesis tadi menjadi satu teori.
Jalan penyelidikan sebagaimana yang diterangkan di atas memang dengan baik dapat dipergunakan dalam ilmu fisika atau kimia oleh karena kebenaran dalil – dalil yang kita buat, dapat diselidiki dalam laboratorium. Dalam ilmu geologi cara kerja yang demikian tidak selamanya dapat digunakan. Tak semua gejala geologi dapat kita lakukan prosesnya dalam laboratorium. Proses – proses geologi berlaku dalam laboratorium universal, ialah alam sendiri. Misal proses pembentukan minyak bumi. Meskipun proses – proses fisik kimiawi sedikitnya dapat ditiru dalam laboratorium, namun hal ini jauh dari sempurna, oleh karena proses waktu geologi yang telah berjuta tahun berjalan dan memainkan peranan penting dalam pembentukan minyak bumi, faktor yang sangat penting dalam ilmu geologi tidak dapat kita tiru dalam laboratorium. Pengetahuan geologi bukanlah pengetahuan yang semata – mata eksak seperti ilmu fisika dan kimia.
Sejarah telah mengajarkan kepada kita bahwa perkembangan suatu bangsa, kemajuan budayanya sebagian besar tergantung dari kekayaan buminya disamping kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Lapisan – lapisan batuan yang ada dalam bumi mengandung bahan – bahan yang berguna untuk kehidupan manusia seperti : minyak dan gas bumi, batubara, emas, besi, tembaga dan sebagainya. Batuan itu pun sangat dibutuhkan dalam industri. Dalam lapisan batuan mengalir air tanah bahan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari – hari. Fungsi lapisan batuan yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai pondasi bangunan, jembatan, waduk, jalan dan fasilitas lain yang sangat dibutuhkan oleh manusia.
Pengetahuan yang mempelajari segalanya tentang bumi disebut geologi (ge = bumi dan logos= pengetahuan). Untuk jelasnya Geologi adalah ilmu pengetahuan tentang sejarah bumi dan mahkluk yang pernah hidup, lapisan bumi, zat serta bentuk arsitektur dalam bumi. Geologi sebagai pengetahuan alam mempelajari segala gejala yang terdapat di atas permukaan bumi dan di dalam bumi.
MEMAHAMI PROFESI GEOLOGI
Masyarakat menganggap profesi geologi sama dengan profesi tambang padahal kedua profesi itu sangatlah berbeda walau saling keterkaitan satu sama lain. Biasnya presepsi tentang profesi geologi - ilmu geologi perlu diluruskan karena hal ini akan dapat menimbulkan kesalahpahaman dan salah presepsi di masyarakat tentang batas kewenangan profesi geologi dan profesi lainnya. Misalnya siapakah yang berwenang dalam menginventaris sumber daya alam, penataan ruang daerah dan menghitung pendapatan asli daerah.
Dalam industri pertambangan, seseorang yang berprofesi sebagai ahli geologi adalah yang bertugas untuk mencari, menghitung nilai ekonomis cadangan bahan – bahan galian atas dasar data – data geologi yang dikumpulkannya baik data permukaan bumi maupun bawah permukaan bumi. Data – data geologi ini adalah data dasar yang sangat penting selain untuk mencari dan menghitung cadangan, juga sangat penting dalam perencanaan tambang itu sendiri.
Setelah bahan galian ditemukan dan bernilai ekonomis, barulah bahan galian itu dibongkar, dimuat dan diangkut. Inilah profesi tambang – ilmu tambang yang sebenarnya. Jadi jelaslah bahwa profesi geologi adalah tenaga eksplorasi sedangkan profesi tambang – ilmu tambang sebagai tenaga eksploitasi.
Suatu data geologi berisi data – data penting dan dapat diterjemahkan ke dalam informasi yang dapat digunakan langsung untuk memecahkan persoalan eksplorasi bahan galian, persoalan lingkungan maupun persoalan keteknisan lainnya. Keadaan geologilah yang menentukan tingkat kesuburan tanah untuk pertanian, banyaknya air yang bisa tersedia bagi kehidupan sehari – hari, banyaknya minyak bumi, batubara dan energi lainnya, banyaknya bahan galian / mineral untuk industri, bahan bangunan untuk konstruksi dan juga ada tidaknya letusan gunung api, gerakan tanah, longsor dan bencana alam lainnya yang mengancam keselamatan manusia
Banyak masyarakat awam dan kaum birokrat beranggapan bahwa eksplorasi geologi dilakukan cukup satu kali saja dan dapat diinventarisir potensi wilayah (tingkat kesuburan tanah, cadangan air, minyak bumi, batubara dan energi lainnya, bahan galian / mineral, bahan bangunan dan ada tidaknya letusan gunung api, gerakan tanah, longsor dan bencana alam lainnnya). Eksplorasi jangan hanya diartikan sebagai usaha inventarisir data geologi semata, sebab tidaklah mungkin survai di suatu daerah dapat mengetahui segala sesuatu secara pasti.
Usaha eksplorasi geologi harus dianggap sebagai suatu bagian integral daripada suatu upaya pengembangan dan perencanaan wilayah, yaitu setidak – tidaknya menjaga potensi wilayah dan meminimalisir bencana geologi yang muncul. Dengan dasar falsafah ini yang sesuai dengan konsepsi bahwa usaha eksplorasi geologi ini bukan hanya merupakan suatu survai atau inventarisasi potensi geologi suatu daerah, tetapi lebih merupakan optimasi potensi geologi wilayah itu sendiri, dengan menguji diri kita untuk berpikir bagaimana menemukan potensi – potensi wilayah yang baru.
Hasil suatu eksplorasi geologi akan memberikan data – data yang berharga, dan jelas harus dipelajari serta ditambahkan pada data yang telah ada untuk mengadakan reevaluasi. Informasi geologi baru perlu dibuat, dan pengertian yang lebih baik didapatkan untuk mereevaluasi daerah secara lebih mendalam tentang potensi geologi yang ada. Dengan demikian dapat menarik minat orang kembali dan suatu rencana eksplorasi geologi dengan penyelidikan geologi yang lebih mendetail.
Dengan demikian diharapkan eksplorasi geologi menjadi “rutin” dalam inventarisasi potensi geologi dalam suatu wilayah agar tetap “up to date” terhadap peningkatan ekonomi masyarakat.
Hasil studi dan riset dapat diintegrasikan menjadi suatu area study. Dengan demikian hasil suatu usaha eksplorasi geologi selain menghasilkan informasi geologi yang lengkap bagi perkembangan ekonomi masyarakat, juga menghasilkan sumbangan besar terhadap ilmu pengetahuan geologi.
Memang hingga saat ini peran geologi masih lebih dirasakan dalam hal pencarian (eksplorasi) bahan galian ekonomis. Peran konsultansi geologi belum dirasakan langsung oleh masyarakat dalam bentuk peningkatan taraf hidup yang instant, karena ada rangkaian proses eksplorasi dan eksploitasi yang panjang yang menunggu setelah inventarisasi sehingga mengakibatkan geologi tidak populer dimata masyarakat. Berbeda dengan peran konsultansi kedokteran, ketekniksipilan, arsitektur yang dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.
APLIKASI GEOLOGI DALAM PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH
Penerapan geologi erat hubungannya dengan penataan dan pengembangan wilayah. Pola cakupan berbagai aspek yang saling terkait satu dengan lainnya baik secara fisik, ekonomi maupun sosial membutuhkan penanganan yang terpadu. Oleh karena perkembangan wilayah mencakup penataan lingkungan tersebut yang baik dilakukan adalah membangun tanpa merusak (development without destruction). Disini tinjauan secara geologi muncul sebagai tulang punggung dalam menangani masalah tata lingkungan. Seperti penentuan tata letak pemukiman yang memenuhi syarat, melihat kondisi tanah, air dan keseimbangan lingkungannya. Sehingga suatu bencana dapat sedini mungkin dihindari. Suatu hal yang tidak mungkin jika suatu pemukiman penduduk dibangun di suatu daerah yang kegempaannya aktif atau rawan banjir atau tanah longsor.
Geologi dari dulu hingga sekarang bahkan dimasa yang akan datang besar peranannya dalam memelihara dan meningkatkan tata kehidupan manusia. Sebab dengan pengetahuan geologi kita bisa menemukan sumber daya alam yang tak ternilai harganya. Seperti bijih besi, batubara, minyak bumi dan lain sebagainya. Disamping itu dengan pengetahuan geologi, kita dapat sedini mungkin mendeteksi akan adanya ancaman bahaya yang ditimbulkan oleh alam. Seperti halnya letusan gunung api, gejala tanah longsor, banjir dan lain sebagainya.
Adalah merupakan keinginan manusia untuk dapat mempertahankan hidup dan kesejahteraan, untuk menjadi lebih baik dan sempurna. Dorongan inilah yang menjadikan masalah manusia semakin besar seiring dengan perkembangan jaman.
Pengembangan wilayah baik pemukiman, persawahan, perindustrian, pengadaan air bersih sebagai sumber utama kehidupan sampai pada pencaharian dan pengolahan sumber daya alam semua memerlukan kehadiran pengetahuan geologi.
Wilayah Pemukiman
Di dunia ini, lebih – lebih di Indonesia, masalah pemukiman merupakan kasus besar yang menyangkut jutaan jiwa manusia. Bagaimana dan dimana dapat diperoleh tempat yang layak, sehat dan bebas dari bencana, di suatu daerah yang akan direncanakan untuk dibangun suatu pemukiman. Geologi disini memainkan peranan dalam masalah pengarahan tata letak yang baik, pengadaan bahan bangunan serta pengadaan kebutuhan lain yang menunjang. Sekaligus juga turut menentukan mutu lingkungan hidup dimana salah satunya adalah kesehatan lingkungan. Sebab ternyata ada kondisi atau faktor – faktor geologi tertentu yang langsung maupun tidak langsung mengendalikan dan berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Contoh klasik hubungan keadaan geologi dengan kekurangan kadar unsur yodium pada air tanah di suatu daerah, yang dapat menimbulkan penyakit gondok. Seperti di daerah Gunung Kidul Yogyakarta.
Bidang Pertanian
Pengembangan wilayah pertanian atau lahan pertanian berhubungan dengan peningkatan produksi. Hal ini memerlukan penentukan lokasi, sarana penunjang seperti bendungan, jenis tanaman dan tanahnya secara seksama. Aspek geologi muncul sebagai pemberi informasi yang akurat. Sebab tanah merupakan hasil pelapukan batuan, sehingga jenis batuan menentukan kondisi dan sifat tanah. Sektor pertanian seperti kehutanan, juga memerlukan data informasi geologi bagi pengadaan hutan atau pelestarian hutan.
Pengadaan Air Tanah
Air sebagai kebutuhan hidup yang pokok, selalu menjadi problem dalam kehudupan. Lebih – lebih bagi daerah yang gersang. Penelitian geologi untuk pengadaan air tanah ternyata membawa hasil yang gemilang. Dari lapisan batuan yang beragam di bawah permukaan tanah ternyata terkandung air tanah dengan volume yang besar sehingga tinggal bagaimana menentukan lapisan batuan yang banyak mengandung air. Bahkan batugamping yang dipermukaan tampak kering kerontang, ternyata di dalamnya terkandung potensi air yang besar. Banyaknya rekahan ditambah adanya proses kimiawi memungkinkan curah hujan yang meresap / masuk terakumulasi membentuk sungai di bawah permukaan tanah.
Bangunan Sipil
Pembangunan suatu bangunan teknik baik bendungan, jalan raya, landasan pewat terbang, terowongan sampai gedung bertingkat tidak lepas dari penelitian geologi pada awalnya. Sebab semua ini menyangkut pengetahuan tentang batuan dasar, sifat dan kestabilannya, pengaruh struktur ataupun masalah yang mendasar lainnya. Terowongan Simplon di Alpina – Eropa, terowongan yang menghubungkan Inggris dan Prancis dan terowongan – terowongan bawah laut yang menghubungkan antar pulau di Jepang adalah contoh bangunan teknik yang dibangun dengan dasar pengetahuan geologi yang akurat serta teknologi yang canggih. Bukan tidak mungkin Indonesia dapat mengikuti bila geologi dihargai dan ditempatka pada proporsi yang wajar.
Sumber Kekayaan Alam
Tidak perlu diragukan lagi bahwa sumber kekayaan alam sebagian besar tersimpan di perut bumi. Segala jenis bahan galian yang bernilai ekonomis menuntut manusia untuk memanfaatkan dengan sebaik – baiknya. Bahkan dewasa ini timbulnya krisis energi semakin membuat upaya bertambah. Prospek batubara kian ditingkatkan sebagai sumber energi penunjang. Eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi bukan haya di darat saja tetapi juga di daerah lepas pantai. Belum lagi bahan tambang; emas, timah, tembaga dan lain – lain, yang sangat penting bagi devisa negara. Ini semua memerlukan pengetahuan geologi yang memadai. Dengan demikian jelaslah bahwa semakin baik persepsi geologi dalam penerapannya, semakin terbukalah kekayaan yang terkandung di perut bumi.
Ada benarnya jika suatu pameo mengatakan bahwa semakin baik dan lengkap penggambaran peta sumber – sumber kekayaan alam, semakin terangkatlah derajat suatu bangsa. Ini semua jelas merupakan tantangan dan menunggu kehadiran para ahli geologi untuk berperan aktif dalam pembangunan bangsa.
Adalah sangat ironis propinsi Kalimantan Timur yang sangat luas, penghasil minyak dan gas nomor dua, penghasil emas, dan salah satu penghasil batubara terbesar di Indonesia, serta pusat riset geologi delta tapi tidak mempunyai institusi pendidikan yang mempunyai jurusan geologi. Oleh karena itulah perlu dijadikan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan di daerah ini untuk dapat membentuk suatu institusi pendidikan berbasis ilmu geologi atau paling tidak yang berkaitan dengan ilmu kebumian secara langsung.
SEBAGAI masyarakat ilmiah, Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) berpe-ran dalam pembangunan di segala bidang yang berhubungan dengan geologi di Indonesia. Kajian-kajian ilmiah yang dikemukakan para pakar geologi telah ikut memajukan perkembangan pendayagunaan aspek geologi dalam pembangunan nasional yang notabene untuk kesejahteraan masyarakat. Bagi masyarakat umum, bisa jadi kiprah yang dilakukan IAGI tidak secara langsung dapat dirasakan manfaatnya, karena fungsi yang dijalankan IAGI adalah lebih kepada pengembangan keprofesian bidang geologi.
Geologi, apa itu?
Biasanya kata geologi sering diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tanah dan batu-batuan. Secara lebih lengkap, geologi adalah ilmu yang mempelajari Bumi dalam hal mulajadi, struktur, komposisi, sejarah perkembangannya dan proses-proses yang berlangsung di dalam dan di permukaannya, sehingga Bumi mencapai bentuknya yang sekarang.
“Benda geologi” yang paling sering diamati adalah yang sehari-hari kita sebut sebagai batu atau batuan. Melalui penyelidikan batuan yang dilakukan dengan berbagai cara dan peralatan, maka diketahuilah berbagai gejala alam, seperti gempa bumi, letusan gunung api, pembentukan mineral, minyak dan gas bumi, dan peristiwa alam lainnya.
Sederhananya, Bumi selain menyimpan kandungan sumber daya alam, Bumi pun memiliki potensi kebencanaan. Begitu pula Kepulauan Indonesia yang terbentuk sejak jutaan tahun yang lalu adalah wilayah yang secara geologis selain menyimpan berbagai sumber daya mi-neral dan energi juga merupakan wilayah yang berpotensi sekaligus rawan bencana, antara lain gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, banjir dan tanah longsor.
Banjir dan tanah longsor
Di antara bentuk bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia adalah banjir dan tanah longsor. Peristiwa banjir dan tanah longsor, apakah murni sebagai fenomena alam atau karena ada campur tangan manusia, memang bisa menjadi perdebatan panjang. Banjir dan tanah longsor adalah persoalan yang selalu membuntuti kita sepanjang tahun, khususnya pada satu dekade terakhir ini. Di musim hujan, banyak daerah di Indonesia yang dilanda banjir dan tanah longsor, sebaliknya di musim ke-ring banyak orang berteriak kekurangan air.
Menurut Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Bakornas PBP), bencana alam yang berkaitan dengan kebumian pada periode 1998 hingga Mei 2004 telah merenggut korban jiwa sebanyak 2232 orang. Dari jumlah korban tersebut yang paling banyak adalah akibat bencana banjir (1.117 orang) dengan jumlah kejadian sebanyak 379 kali. Korban berikutnya adalah akibat dari bencana tanah longsor (765 orang; 288 kejadian).
Sedangkan korban akibat bencana gempa bumi mencapai 350 orang dengan 52 kali kejadian, serta dari bencana gunung api adalah dua orang di antara 17 kali kejadian. Sementara itu, penanggulangan bencana di Indonesia lebih banyak pada upaya tanggap darurat di setiap kejadian pascabencana. Menyadari hal ini, sudah sewajarnya masyarakat memperoleh pengetahuan tentang fenomena alam yang dapat menimbulkan bencana itu, sebagai upaya mengantisipasi bencana.
Mengenal lebih dekat
Menyimak bencana alam akibat kejadian banjir dan tanah longsor, atau bencana alam lainnya, kita patut berpikir, mengapa muncul bencana alam? Bagaimana sesungguhnya fenomena alam itu terjadi? Dengan mencoba mengenal Bumi lebih dekat, kita akan melihat Bumi selain mengandung bahan-bahan sumber daya mineral dan energi yang kita butuhkan, Bumi pun harus dicermati karena ia menyimpan potensi kebencanaan. Dan sudah selayaknya masyarakat umum termasuk anak-anak diperkenalkan dengan pengetahuan dasar ilmu kebumian.
Sebagai contoh, untuk lebih mengembangkan kreativitas anak-anak, kita dapat mengajaknya melakukan percobaan tentang peristiwa erosi tanah. Material yang dibutuhkan adalah sebuah kaleng biskuit yang dipotong diagonal menjadi dua bagian dan ke dalam rongganya diisi tanah hingga membentuk lereng. Salah satu lereng itu kita tanami dengan rumput. Setelah rumput tumbuh subur kemudian lakukan percobaan berikut ini. Hujani kedua lereng itu dengan air mancur dari air yang diisi pada kaleng susu yang dilubangi.
Apa yang terjadi? Lereng yang mana yang mudah tererosi? Lumpur dan air pada lereng yang mana yang mudah menggelontor ke bawah? Silakan anak-anak memperoleh kesempatan untuk mengamati dan menyimpulkannya. Dengan melakukan percobaan semacam ini, diharapkan anak-anak dapat meresapinya, bagaimana peristiwa erosi terjadi, terutama pada kejadian sesungguhnya di alam.
Berbagai kegiatan yang pada intinya mengenal bumi lebih dekat, baik yang berhubungan dengan geologi maupun ilmu hayati, bukan tidak ada yang melakukannya. Lihat saja misalnya, aktivitas sekolah yang berorientasi ke alam (Sekolah Alam), kegiatan ecoschool yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa di ITB bagi siswa SMP, klub Bicons (Bird Conservation Society) Mahasiswa Biologi Unpad, pendidikan tentang Gunung Merapi oleh Pusat Studi Bencana UPN-Veteran Yogyakarta bagi masyarakat sekitar Gunung Merapi, dan yang lainnya, termasuk kegiatan sosialisasi geologi yang dilaksanakan IAGI.
Di mana mengamatinya?
Kita juga dapat mengamati Bumi di hotel, di mal, di gedung-gedung pertokoan atau di gedung perkantoran. Lho, kok? Benar. kita dapat mempelajari tekstur dan mineral penyusun batuan granit pada permukaan dinding atau lantai gra-nit di sebuah hotel atau mal yang berkaitan dengan geologi. Dari tekstur dan susunan mine-ral itulah dapat diketahui, bagaimana batuan itu terbentuk. Kita juga bisa mengamati fosil foraminifera, koral atau algae pada batu gam-ping yang ditempel di dinding dan lantai gedung pertokoan, gedung perkantoran atau rumah sendiri. Kita dapat mengetahui tentang lingkungan laut di mana batuan itu terbentuk dahulu kala berdasarkan fosil-fosil itu.
Untuk mengamati Bumi secara lebih lengkap dan sistematik, kita bisa mengunjungi Museum Geologi di Bandung. Di museum ini kita dapat belajar mengenali kehidupan prasejarah, proses gunung api, cara terbentuknya mineral, minyak bumi, juga benda dan peralatan yang kita pakai sehari-hari, yang tidak pernah dikira barang-barang itu berasal dari bahan dan mineral dari perut Bumi. Kita dapat pula mengajak anak-anak mengamati Bumi secara langsung di alam, atau seraya berekreasi ke tempat-tempat wisata alam seperti Gunung Merapi, Gunung Tangkuban Perahu, tempat wisata air panas Ciater, dan di tempat yang lain.
Untuk mengenal Bumi dapat dimulai dengan mengenal batuan, dan itu bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Salah satu tempat menyaksikan bermacam batuan bermunculan isi perut Bumi ke permukaan adalah daerah Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah. Di sana anak-anak dapat menikmati mengumpulkan kerikil berbagai macam batuan pembentuk Bumi yang berserakan di Sungai Luk Ulo, atau bahkan mereka bisa menjejakkan kaki di atas batuan lantai samudra purba.
Peran IAGI
Tujuan dari memperkenalkan Bumi lebih dekat kepada masyarakat umum adalah memberi pemahaman. Bumi selain sebagai tempat memperoleh sumber daya alam untuk kehidupan, Bumi pun bisa memunculkan bencana. Selain itu, eksploitasi sumber daya alam tanpa didukung dengan kaidah-kaidah pengelolaan berkelanjutan dan kelestarian alam hanya akan merusak keseimbangan tatanan alam.
Pentingnya menjaga kelestarian Bumi dalam skala regional dapat dimulai dengan tindakan memahami lingkungan yang menyentuh persoalan-persoalan dari skala lokal, yaitu dari skala hunian manusia. Khusus kepada anak-anak, pengenalan ini dinilai tepat sasaran, karena pemahaman tentang alam sejak usia dini diprediksi akan lebih memberi ingatan tentang alam yang akan melekat hingga mereka besar nanti.
IAGI sebagai salah satu asosiasi profesi bidang kebumian memiliki peran besar untuk menyebarluaskan keahliannya kepada masyarakat umum. Agar kiprah IAGI terasa lebih membumi, IAGI perlu meningkatkan porsi kegiatan sosialisasi geologi dalam dua arah. Kepada pemerintah, IAGI bisa mengusulkan tentang materi-materi ilmu kebumian ke dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Sementara bagi masyarakat umum, IAGI melalui anggota-anggotanya dapat turun langsung atau melalui media masa secara simultan dan terprogram menyosialisasikan geologi.
Kita semua tentu berharap agar tidak terjadi kesenjangan antara (meriahnya) aktivitas IAGI dengan (dinginnya) pemahaman masyarakat Indonesia akan peran IAGI dan arti penting geologi untuk kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar