BEM VINDO KMANEK WAIN BA ITA BOT NIA HAKBESIKAN MAI,dezkulpa e brigado...ABC
Powered By Blogger

Jumat, 23 September 2011

permasalahn minyak Timor-Leste


“Gas Sunrise di daratan akan menciptakan ribuan pekerjaan tambahan bagi warga Australia, dan akan
menaikkan GDP sebesar A$15 juta.”
Chief Minister Northern Territory Clare Martin, 22 Juli 2002 [59]
“Pemerintahan [Northern] Territory bertekad membawa gas dari proyek Sunrise ke daratan, dan bekerja sama
dengan para sahabat untuk mengembangkan sebuah basis pelanggan yang layak bagi gas Sunrise di daratan.
Ini adalah cara terbaik untuk memaksimalkan ladang kerja dan peluang bisnis lokal.”
Dr. Chris Burns, Menteri Lingkungan dan Peninggalan Northern, 28 Maret 2003 [90]
“Halangan besar berikutnya adalah tekad Timor-Leste bahwa setiap kilang LNG yang dipasok oleh gas Greater
Sunrise akan dibangun di perbatasan. Woodside secara konsisten menyatakan bahwa meskipun pengaliran
gas melalui jaringan pipa dari lapangan ke Timor-Leste secara teknis layak, tetapi secara komersial tidak
menarik.”
Nigel Wilson, The Australian Business, 12 Februari 2007 [120]
Darwin tidak akan ikut serta untuk memproses gas dari ladang gas Greater Sunrise hingga Timeo Leste
membuat proposal sendiri bagi fasilitas LNG di daratan. Tuan Macfarlane menyatakan bahwa para sahabat
dalam isu ladang gas telah berjanji untuk memberi Timor-Leste sebuah forum dengar pendapat yang adil.
“Jika mereka puas dengan hasil diskusi, seperti ke mana gas akan diolah, maka saya kira proyek akan
berlanjut.”
Menteri Federal urusan Sumberdaya Australia Ian Macfarlane, 30 Mei 2007 [1]
Rakyat berharap bahwa pendapatan dari minyak dapat mengubah impian menjadi kenyataan. Mereka berharap
agar perusahaan-perusahaan asing, yang diundang oleh Pemerintah untuk menambang minyak dan gas Timor-
Leste, akan menyediakan lapangan kerja bagi penduduk lokal, membeli hasil pertanian dan produk mereka yang
lain, menyewa lahan dan rumah mereka, dan menggunakan hotel dan restoran yang dimiliki dan dikelola
masyarakat lokal. Banyak yang berharap terlibat dalam proses pembangunan ini—dengan menawarkan tenaga,
barang, dan jasa mereka. Kita tidak ingin seperti negara laian, dimana minyak hanya untuk membiayai
pemerintah atau para koruptor, sementara rakyat hampir tak memperoleh apapun.
Setiap orang di Timor-Leste ingin agar sumberdaya alam kita dapat menjadi sarana untuk meningkatkan
kesehatan rakyat dan mengurangi kemiskinan. Pemerintah dan lembaga-lembaga eksekutif mengemban tanggung
jawab untuk memanfaatkan sumberdaya alam untuk mewujudkan mimpi-mimpi tersebut. Salah satu mekanisme
yang dapat ditempuh adalah melalui Dana Perminyakan, yang berarti mengelola pendapatan demi kemaslahatan
generasi sekarang dan masa depan. Proses yang lain, mungkin menjadi lebih penting bagi perencanaan untuk dua
generasi dari sekarang, ketika minyak dan gas negeri ini habis terjual, adalah menggunakan pendapatan dari
penambangan dan pengolahan minyak untuk mengembangkan bisnis, ketrampilan, pendidikan, dan pengalaman
yang dibutuhkan bagi pembangunan yang kuat, multi sektoral, dan berkelanjutan. Menurut Sekretaris Negara
Alfredo Pires, “Minyak adalah penggerak pembangunan Timor-Leste … dengan pendapatan minyak kita akan
memajukan sektor-sektor non minyak seperti pariwisata dan industri lain … sehingga ketika minyak telah habis,
pembangunan ekonomi negara ini tetap stabil.” [67]
1.1. Kenyataan
Jika kita lihat di seluruh dunia, pengembangan industri minyak justru bukan menjadi berkah, tetapi menjadi
sebuah kutukan. Dunia mencatat bahwa banyak negara kaya minyak memiliki Indeks Pembangunan Manusia
yang rendah: memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi, sistem pemerintahan otoritarian, penurunan kualitas
lingkungan, militerisme, pelanggaran hak asasi manusia, dan korupsi. Meskipun minyak dapat mendatangkan
uang, ia juga bisa meimbulkan persoalan. Di negara seperti Timor-Leste, di mana ekonomi dan pemerintah
bergantung pada pendapatan minyak (mayoritas pendapatan ekonomi kita dan lebih dari 90% pendapatan
pemerintah berasal dari minyak), bahaya pengembangan industri minyak lebih sulit dihindarkan. Kendati sangat
penting dan mendesak untuk mengelola uang dan industri minyak dengan benar, mencari model yang memadai
justru sulit.
Para pemimpin Timor-Leste kerap menyatakan komitmen mereka untuk belajar dari pangalaman-pengalaman
negara lain untuk menghindari “kutukan sumberdaya.” Hal ini memerlukan lebih dari sekadar pernyataan politik,
dan harus diatur melalui hukum dan perundang-undangan, dan didukung lembaga-lembaga publik yang kuat.
Sejauh ini Pemerintah tampak cukup sukses dalam pengembangan industri minyak dengan membuat beberapa
Bab 1. Impian dan Harapan Halaman 11
La’o Hamutuk LNG Sunrise: Impian, Kenyataan, dan Tantangan
landasan hukum sederhana. Tetapi, ini terlalu sempit dan hanya berdasarkan pengalaman merdeka selama enam
tahun. Prestasi yang diraih tidak menjamin munculnya kemakmuran dan keberhasilan bagi generasi masa depan,
meskipun pemerintah telah mulai meletakkan beberapa landasan hukum sederhana bagi Timor-Leste.
1.2. Greater Sunrise
Sumberdaya minyak dan gas di Laut Timor telah menjadi sengketa lebih dari tiga dekade, sejak masa penjajahan
Portugis. Banyak pihak turut memainkan peran dalam proses Laut Timor, seperti perusahaan-perusahaan minyak
internasional dan negara-negara asing. Apendiks 1 memuat sebuah deskripsi sumberdaya minyak Timor-Leste,
dan kronologi terperinci tentang kejadian-kejadian yang relevan termuat di Apendiks 2. Daftar istilah teknis dan
istilah-istilah lain yang relevan dapat dibaca pada Apendiks 7.
Gambar 1. Peta menunjukkan ladang minyak (hijau) dan gas (merah) utama, kesepakatan perbatasan dan
zona bagi-pendapatan di bagian Timor-Leste di Laut Timor. Lihat Gambar 26 untuk peta semua ladang di
daerah dan Gambar 28 untuk peta yang lebih terperinci tentang ladang Greater Sunrise. [45]
Greater Sunrise, yang mencakup ladang Sunrise dan Troubadour, ditemukan pada tahun 1974. Ia merupakan
ladang terbesar di daerah yang diklaim baik oleh Timor-Leste maupun Australia, diperkirakan mengandung 300
juta barel light oil (kondensat dan LPG) dan 8,3 triliun kaki kubik (tcf) gas alam (lihat Tabel 14 dalam Apendiks
3). Sekitar seperlima wilayah Greater Sunrise berada dalam Daerah Pengembangan Minyak Bersama yang
dibentuk melalui Perjanjian Laut Timor pada tahun 2002 dan di bawah administrasi Timor-Leste/Australia
Otoritas Khusus untuk Laut Timor (Timor Sea Designated Authority/TSDA), sementara sisanya berada di
wilayah yang diklaim oleh kedua negara dan dikuasai oleh Australia, meskipun semuanya lebih dekat ke wilayah
Timor-Leste.
Woodside Petroleum telah mengksplorasi ladang Greater Sunrise sejak sebelum Indonesia mencaplok Timor-
Leste pada tahun 1975. Persyaratan kontrak mereka dengan Australia dan TSDA dinegosiasikan dengan
Australia dan Indonesia pada pertengahan 1990-an, tanpa keterlibatan Timor-Leste. Dalam Annex F Perjanjian
Laut Timor tahun 2002, Timor-Leste sepakat untuk melanjutkan persyaratan-persyaratan tersebut, dan
perjanjian-perjanjian CMATS dan IUA yang diratifikasi pada tahun 2006 menyediakan kepastian hukum dan
fiskal bahwa Woodside dan mitra-mitranya wajib melanjutkan pengembangan. Meskipun Woodside merupakan
Halaman 12 Bab 1. Impian dan Harapan
LNG Sunrise: Impian, Kenyataan, dan Tantangan La’o Hamutuk
operator ladang Greater Sunrise, ia hanya memiliki 33.44% proyek yang disatukan, sedangkan saham lainnya
dipegang oleh ConocoPhillips (30%), Shell (25.56%) and Osaka Gas (10%).
Sesuai dengan Perjanjian Laut Timor tahun 2002, International Unitization Agreement (IUA) tahun 2003 dan
Perjanjian atas Kesepakatan Maritim Khusus (Treaty on Certain Maritime Arrangements in the Timor
Sea/CMATS) tahun 2006, Timor-Leste dan Australia masing-masing akan menerima 50% pendapatan hilir dari
ladang Greater Sunrise, tetapi ke mana gas akan dialirkan untuk pengolahan hilir (pencairan/liquefaction) masih
belum diputuskan.
Harga minyak dalam jangka panjang sulit diramal, tetapi kami (lihat diskusi Dampak Fiskal dalam Bab 4)
memperkirakan bahwa pemerintah Timor-Leste dapat menerima US$10-16 miliar secara keseluruhaan dari gas
alam ladang Greater Sunrise dalam 40-tahun tahun mendatang. Australia akan menerima jumlah yang sama atau
lebih. Meskipun ladangSunrise telah ditemukan beberapa dekade silam, pengembangannya baru dimulai
beberapa tahun belakangan karena sengketa perbatasan (lihat Kronologi, Apendiks 2). Operator Sunrise,
Woodside Petroleum, menunda semua pekerjaan pada akhir tahun 2004, kendati kajian teknis dilanjutkan pada
tahun 2007 setelah ratifikasi Perjanjian CMATS.
1.3. Perdebatan soal jaringan pipa
Gas alam di ladang Greater Sunrise hanya akan mendatangkan pendapatan jika gas tersebut dikirimkan kepada
para pelanggan yang membeli. Karena ia merupakan gas yang terperangkap (stranded gas), maka ia harus dicairkan
dan dikapalkan melalui tanker kepada pelanggan di negara lain. Proses pencairan ini memerlukan fasilitas industri
yang besar, yang dapat dibangun di Timor-Leste atau Australia, dan akan dihubungkan ke ladang Greater Sunrise
melalui sebuah jaringan pipa gas bawah laut.
Kalangan pemerintahan Timor-Leste, termasuk Perdana Menteri Mari Alkatiri, José Ramos-Horta, dan Xanana
Gusmão secara berulang-ulang menyatakan komitmen mereka untuk membawa jaringan pipa ke daratan Timor-
Leste jika proyek ini menjadi baik bagi rakyat. Ketika waktu berlalu, para pemimpin kita menjanjikan keuntungan
yang semakin besar dari proyek ini, dan rakyat berharap bahwa jaringan pipa akan menggairahkan ekonomi dan
pembangunan Timor-Leste, menciptakan kesempatan kerja bagi puluhan ribu rakyat. Mereka berharap bahwa
membangun kilang LNG dan pelabuhan tanker di sini akan memungkinkan Timor-Leste dapat berbuat lebih
banyak dari pada hanya sekadar menjual minyak dan gas yang belum diolah, sekaligus juga meningkatkan
kapasitas industri. Para pemimpin dan rakyat kita melihat bahwa memiliki jaringan pipa dan kilang LNG
merupakan komponen sangat penting bagi Kepentingan Nasional.
Tetapi, baik Pemerintah Australia maupun Woodside telah lama mengkampanyekan agar jaringan pipa harus
dibangun di Australia, bukan di Timor-Leste, karena alasan teknis, keuangan, dan politis. Untuk menekan
pemerintah Timor-Leste agar menyerahkan hak-hak perbatasan maritimnya, Woodside kerap mengklaim bahwa
“peluang pasar/market window” bagi LNG Sunrise hampir tertutup, dan bahwa jika proyek tidak segera
dikembangkan sekarang, maka tidak akan jadi sama sekali. Tetapi, belakangan semakin jelas bahwa bisnis LNG
merupakan “seller market” (pasar yang didominasi oleh penjual) dalam beberapa dekade mendatang, dan bahwa
nilai dan pasar gas akan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Woodside telah menjabarkan lima opsi:
1. Mengalirkan gas ke Australia dan mengolahnya di kilang LNG yang ada atau yang baru di Darwin.
2. Mengolah gas di laut di kilang LNG mengambang, ini akan menjadi yang pertama di dunia.
3. Mengalirkan gas ke Timor-Leste dan mengolahnya di kilang LNG baru di Timor-Leste.
4. Sebuah “struktur berbasis gravitasi” yang ditancapkan ke dasar laut di perairann dangkal
5. Desain “berbasis gravitasi” yang lain, dengan tanki penampung LNG di dasar laut.
La’o Hamutuk mengajukan opsi ke enam untuk dipertimbangkan:
6. Menunda pengembangan Greater Sunrise hingga pendapatan dari ladang Bayu Undan tidak lagi mampu
mencukupi kebutuhan Timor-Leste, yakni sekitar 10 tahun dari sekarang. [46], [94]
Jika proyek berjalan dengan efisien, penentuan konsep mungkin akan terlaksana pada tahun 2008, perencanaan
pengembangan akan disetujui pada tahun 2009, dan produksi gas akan dimulai tahun 2013. Tetapi, akan lebih
baik bagi Timor-Leste jika proyek tersebut dimundurkan, dengan pertimbangan atas berbagai alasan yang
disebutkan pada Bab 9.1.
Diskusi publik yang tengah berlangsung, tampaknya berfokus pada kepentingan komersial perusahaanperusahaan
minyak internasional, bukan pada hak-hak Timor-Leste. Meskipun proyek LNG akan
menguntungkan ekonomi negara, ia juga membawa risiko. Rakyat Timor-Leste seharusnya membuat
pertimbangan lebih dari sekadar mendapatkan pekerjaan dan keuntungan ekonomi dari proyek raksasa ini,
melainkan juga harus melindungi tanah-tanah mereka, lingkungan yang sehat, dan hak untuk berpartisipasi dalam
proses pembangunan. Meskipun secara keseluruhan negara memperoleh keuntungan, masyarakat lokal dapat
menanggung kerugian.
Tujuan laporan ini adalah menggali manfaat dan kerugian, risiko dan peluang yang dapat dihasilkan oleh
pembangunan jaringan pipa dan kilang LNG bagi Timor-Leste, dan mendorong setiap warga negara untuk
berpikir keras apakah ia akan baik bagi negara, dan apa yang harus kita lakukan untuk memastikan bahwa Timor-
Leste mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibanding kerugiannya. Kami tidak mencoba untuk berprediksi
keputusan pengembangan apa yang akan terjadi. Sebaliknya, kami berasumsi bahwa Australia, Timor-Leste, dan
perusahaan-perusahaan telah memutuskan untuk membangun sebuah jaringan pipa ke Timor-Leste dan kilang
LNG di darat di pantai selatan. Jika hal ini terjadi, rakyat Timor-Leste harus mengetahui keuntungan dan
kerugian proyek semacam itu. Pemerintah juga harus mengambil tindakan untuk memaksimalkan keuntungan


sumber,,forum lao hamtuk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Timor-Leste
"Berikanlah sedikit suara anda dan berikanlah sebnyak mungkin telinga anda"

Pengikut

Powered By Blogger